Jakarta – Layanan air minum bagi pelanggan di IKK Wukir, Kecamatan Elar Selatan, dan IKK Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, mengalami gangguan pada akhir Januari hingga awal Februari 2025. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pada jaringan distribusi utama.
Di IKK Wukir, yang mendapatkan pasokan dari Wae Liang Kalo di Leko Pau, kerusakan diduga disengaja oleh pihak tak dikenal. Sementara itu, di IKK Pota, yang bersumber dari Wae Tabar di hutan Watu Keot, gangguan terjadi akibat tanah longsor setelah hujan deras melanda wilayah tersebut.
Meski mengalami kendala, Unit Pelaksana Teknis Daerah Sistem Penyediaan Air Minum (UPTD SPAM) telah melakukan perbaikan secara bertahap, sehingga layanan air minum kini kembali normal. Keterbatasan peralatan menjadi salah satu tantangan dalam perbaikan ini, karena UPTD SPAM hanya memiliki satu unit mesin penyambung pipa HDPE.
“Perbaikan jaringan distribusi Wae Liang Kalo dilakukan pada 15 Februari 2025, disusul perbaikan di Wae Tabar pada 22 Februari 2025. Kami berharap masyarakat memahami kondisi ini,” ujar Kepala UPTD SPAM Kabupaten Manggarai Timur, Fransiskus Yun Aga, pada Kamis (27/2).
Menurut Fransiskus, faktor cuaca turut memperlambat perbaikan. Hujan deras yang terus mengguyur membuat akses ke lokasi semakin sulit, terutama karena area yang terdampak berada jauh dari permukiman. Peralatan perbaikan pun harus dibawa secara manual dengan medan yang berat.
Kerusakan Berulang dan Tantangan Operasional
Fransiskus mengungkapkan bahwa kerusakan di Wae Liang Kalo kerap terjadi, terutama pada pipa HDPE berdiameter 4 inci yang mengalami kebocoran besar. Kerusakan ini memengaruhi kapasitas distribusi air dan menghambat pelayanan.
“Dugaan kami, ada campur tangan pihak tidak dikenal yang merusak jaringan. Di sisi lain, kerusakan di SPAM Wae Tabar sudah terjadi empat kali dalam dua bulan terakhir, dengan yang terbaru disebabkan longsor di Watu Keot,” jelasnya.
Tantangan terbesar dalam perbaikan adalah biaya operasional tinggi untuk pengangkutan peralatan. Jarak dari Borong ke Wukir cukup jauh, sementara pendapatan dari penjualan air tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
“Kerusakan di Wukir sudah terjadi sejak Januari 2025, tetapi layanan masih tetap berjalan meski tidak maksimal. Kendala utama adalah kapasitas produksi yang terbatas dan hanya tersedianya satu unit mesin penyambung HDPE,” tambahnya.
Sebagai upaya keberlanjutan, UPTD SPAM menerapkan sistem subsidi silang agar tetap bisa memberikan layanan optimal. Namun, kondisi cuaca dan medan yang sulit terus menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas distribusi air, khususnya di IKK Pota yang hanya bisa beroperasi saat musim hujan.
“Kami terus berupaya memperbaiki jaringan transmisi agar layanan tetap berjalan. Namun, saat kemarau, suplai air ke Pota akan terhenti karena debit air menurun drastis. Harapannya, gangguan akibat bencana alam seperti longsor dan pohon tumbang tidak terjadi lagi di masa mendatang,” tutup Fransiskus.